Bab 10
Kak Nia melihat punggungku yang pergi, pipinya kembali memerah.
Dia benar–benar mengingat perasaan dipeluk olehku barusan.
Pelukanku begitu nyaman dan lenganku begitu kuat.
Saat aku memeluknya erat, itu memberinya perasaan yang sangat mantap.
Napasnya menjadi cepat tanpa sadar.
Kak Nia sama sekali tidak mood memasak sekarang.
Dia duduk di tempat tidurku dan dengan lembut menyentuh tempatku berbaring tadi.
Kehangatan tubuhku masih terasa di seprai.
Setelah menyentuhnya, Kak Nia pun berbaring.
Persis seperti perasaan berbaring di pelukanku.
Dia tidak tahu sudah berapa lama sejak dia merasakan pelukan yang begitu erat dan kuat dari seorang pria.
Hal ini membuat Kak Nia sangat terobsesi dan rindu.
Kak Nia langsung menarik selimutku dan menyelimuti dirinya.
Perasaan aneh yang belum pernah dia alami sebelumnya pun menimpanya.
Kemudian, Kak Nia mau tidak mau memasukkan tangannya ke dalam pakaiannya dan dia tidak bisa menahan diri untuk tidak mengeluarkan suara terengah–engah.
Tadinya aku ingin menggoda Kak Nia, tapi tak kusangka aku akhirnya tetap saja kabur.
Pertama–tama, aku memang tidak cukup berani.
Kedua, kalaupun aku menggoda Kak Nia, terus kenapa, aku tidak bisa berbuat apa–apa pada Kak Nia.
Aku diam–diam berkata pada diri sendiri bahwa aku tidak akan pernah melakukan ini lagi.
Kalau tidak, dialah yang akan sengsara.
Setelah turun dari lantai atas, awalnya aku ingin langsung ke supermarket.
1/4
Bab 10
+25 BONUS
Tapi, aku merasa tidak nyaman di sana.
Kalau aku berjalan di jalan, akan aneh kalau orang tidak menganggapku mesum.
Jadi, aku pertama–tama pergi ke taman dekat komunitas dan melampiaskannya dengan tanganku, lalu pergi ke supermarket.
Kak Nia menyuruhku membeli kecap.
Tapi, selain kecap, aku juga membeli beberapa buah–buahan.
Karena menurutku Kak Wiki cukup lelah. Dia harus berangkat kerja dan sibuk membuat bayi.
Yang terpenting, kalau dia tidak pernah berhasil membuat bayi, dia pasti akan merasa tidak nyaman secara psikologis.
Aku belum mempunyai pekerjaan, aku belum menghasilkan uang, aku tidak tahu bagaimana membantunya. 1
Aku hanya bisa melakukan yang terbaik.
Aku memilih buah bagus di bagian buah dan bersiap untuk membayarnya.
Saat mendongak, sosok yang kukenal mulai terlihat.
Lina.
Dia juga membeli buah di supermarket, tapi dia membeli pisang.
Dia juga membandingkan mana yang lebih besar.
Aku berpikiran jahat saat itu.
Aku berpikir Lina membeli pisang, apakah akan digunakan untuk itu?
Lina melihatku juga.
Lalu seperti kelinci yang ketakutan, dia segera berbalik dan lari.
“Kak Lina.” Tanpa sadar aku mengejarnya.
Lina melihatku memanggilnya dan berjalan lebih cepat.
“Kak Lina, tunggu.”
Aku berkeliling dari sisi lain dan menghalangi jalan Lina tepat di depannya.
Mata Lina panik dan dia tidak berani menatapku sama sekali.
2/4
Bab 10
+25 BONUS
Dia hanya berkata dengan tidak nyaman, “Minggir.”
“Kak Lina, kejadian tadi pagi ….
“Ssst!”
Wajah Lina berubah semerah apel merah, dia segera memberi isyarat diam padaku.
Ini supermarket, ada banyak sekali orang di sekitar, bagaimana aku bisa mengatakan hal seperti itu?
Sungguh tidak tahu malu.
Lina sangat takut aku akan mengungkapkan hal memalukan yang terjadi di pagi hari.
Dia berkulit tipis, kalau orang–orang memperhatikannya karena hal seperti itu, dia rasanya ingin mati.
Aku sangat memahami apa yang dipikirkan Lina.
Faktanya, aku juga orang seperti itu.
Hanya saja apa yang terjadi di pagi hari terlalu memalukan. Kalau aku tidak berinisiatif untuk berbicara dengannya, dia pasti tidak akan berinisiatif untuk berbicara denganku.
Lalu bagaimana cara menyelesaikan tugas yang diberikan Kak Nia?
Dari pagi sampai sekarang, aku terus digoda oleh Kak Nia.
Aku tidak berani mengincar Kak Nia.
Aku hanya bisa mengincar Lina.
Jadi aku tidak ingin dia tidak berbicara padaku.
Bab 11