Bab 20
Aku menggelengkan kepala dan bertanya–tanya, “Aku nggak tahu.”
Kak Nia berkata, “Karena Johan sengaja merangsang Lina. Setiap kali dia menelepon, dia akan mengatakan hal–hal seperti aku merindukanmu dan aku menginginkanmu.”
“Itu membuat Lina merasa terangsang, tapi nggak diberikan padanya.”
Mau tak mau aku memarahi, “Suami Kak Lina sungguh jahat. Dia sudah punya wanita di luar, lalu kenapa dia memperlakukan Kak Lina seperti itu?”
Kak Nia pun memarahi, “lya, Johan itu bukan manusia. Dia berkhianat, berselingkuh dan sekarang dia ingin menjebak istrinya.”
“Dia hanyalah sampah!”
Aku merasa sangat tertekan ketika mendengarnya.
Aku merasa Kak Lina terlalu kasihan.
Suaminya sudah punya simpanan di luar, tapi dia masih tidak tahu apa–apa.
Apalagi Kak Lina selalu berpegang teguh pada tugasnya. Biarpun suaminya sudah lebih dari setengah tahun tidak kembali, dia tidak akan berbuat apa pun yang bersalah pada suaminya.
Kak Nia menatapku dan bertanya, “Kamu pasti heran, Lina adalah sahabatku, kenapa aku nggak mengatakan yang sebenarnya padanya?”
Aku mempunyai keraguan seperti itu.
Kak Nia tersenyum getir dan berkata, “Bukannya aku nggak berpikir untuk mengatakan yang sebenarnya pada Lina, tapi aku nggak bisa memberitahunya.”
“Lina adalah wanita yang sangat baik. Sejak menikah dengan Johan, dia dengan sepenuh hati ingin menjalani kehidupan yang baik bersama Johan. Dia sangat mencintai Johan.”
“Nggak mungkin dia membayangkan suaminya akan mengkhianatinya, apalagi menjebaknya untuk bercerai.”
“Kalau aku mengatakan yang sebenarnya padanya, dia nggak akan bisa menerimanya.”
“Kalau ribut, dia pasti nggak bisa menang dari Johan dan wanita itu. Kudengar wanita yang baru ditemukan Johan memiliki latar belakang yang sangat kuat.”
“Tapi, kalau nggak membuat keributan, sedangkan dia sudah mengetahui kebenaran itu, apakah dia akan merasa nyaman?”
1/3
Bab 20
+25 BONUS
Aku merasa sangat sedih dan tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun.
Kak Nia menghela napas dan melanjutkan, “Inilah kenyataannya. Ketika kamu nggak memiliki kemampuan untuk melawan, kamu hanya bisa menerimanya.”
“Saat kakakmu memberitahuku hal–hal ini, aku sangat marah. Aku sangat ingin membunuh Johan secara langsung agar dia nggak pernah bisa menyentuh seorang wanita di kemudian hari.”
“Tapi, aku juga tahu bahwa ini nggak mungkin.”
“Jadi aku memutuskan untuk membantu Lina.”
Aku memandang Kak Nia dengan sedikit bingung.
Kak Nia yang tahu aku bingung pun langsung berkata, “Kamu adalah alat tawar–menawarku untuk membantu Lina.”
“Hah?”
Aku bingung dan heran, benar–benar bingung dengan perkataan Kak Nia.
Mata Kak Nia dingin dan dia berkata dengan nada dingin, “Johan bermain dengan wanita di luar, kenapa Lina nggak bisa bermain dengan laki–laki di rumah?”
“Pokoknya perceraian merupakan fakta yang nggak bisa diubah, jadi aku akan membuat Lina merasa nyaman untuk sementara waktu.”
Biarpun Kak Nia berbicara tentang bermain dengan laki–laki, aku tidak menganggapnya kasar sama sekali.
Entah kenapa, mungkin menurutku Lina terlalu menyedihkan.
Aku menatap Kak Nia dan berkata, “Kak Nia, mungkin aku mengerti maksudmu.”
“Kamu nggak ingin Kak Lina menderita, pada saat yang sama, kamu juga nggak ingin aku dirugikan.” (1)
“Jadi kamu ingin aku memiliki hubungan yang indah dengan Kak Lina.”
Kak Nia menatapku sambil tersenyum, “Edo pintar sekali, itu yang kupikirkan.”
Aku menatap Kak Nia dengan tatapan mata yang sangat bersyukur. Kak Nia begitu baik padaku.
Kalau kata–kata itu keluar dari mulut kakakku, pasti maknanya akan berubah.
2/3
Bab 20
+25 BONUS
Tapi, perkataan Kak Nia bukan hanya menghilangkan rasa maluku, tapi juga membuatku rela melakukan itu.