Bab 11
Melihat ekspresi gugup Lina, aku segera tersenyum dan mengangguk setuju, “Aku tahu, aku tahu.”
“Kak Lina, aku hanya ingin menyapamu.”
“Tapi, kamu mengabaikanku tadi, itu membuatku cemas, hanya itu.”
Lina menatapku dengan tatapan tidak wajar, “Apakah penting kalau aku mengabaikanmu atau nggak?”
“Tentu saja penting,” kataku tanpa ragu, lalu aku melihat mata Lina terlihat berbeda.
Gelisah dan sedikit rasa malu.
Dia sangat menawan.
Aku memikirkan apa yang baru saja aku katakan pada Kak Nia. 1
Ketika seorang pria mengejar seorang wanita, dia tidak boleh terlalu serius atau terlalu sopan.
Bahkan terkadang kamu harus bertindak seperti bajingan saat seharusnya begitu.
Lina jelas merasa malu sekarang, dia tidak marah atau kesal.
Dengan kata lain, dia tidak merasa muak dengan apa yang terjadi di pagi hari.
Hanya saja dia merasa malu ketika tiba–tiba melihat orang asing melakukan hal semacam itu.
“Kak Lina adalah orang yang berbeda bagiku.” Aku memanfaatkan kesempatan untuk menggoda Lina.
Sebenarnya aku sangat gelisah.
Aku tidak tahu apakah Lina akan tergoda.
“Omong kosong apa yang kamu bicarakan? Kita baru bertemu sekali, kenapa aku berbeda bagimu?”
Lina tidak marah, bahkan ada sedikit rasa ingin tahu di matanya yang hitam. 1
Aku merasa sangat gembira, diam–diam berpikir ini ada harapan.
“Pokoknya berbeda. Aku nggak bisa memberitahumu persis apa yang berbeda, tapi aku hanya tahu itu berbeda.”
1/3
Bab 11
+25 BONUS
“Jadi Kak Lina, tolong jangan abaikan aku, ya?”
“Oke, oke, jangan bicara lagi. Ada begitu banyak orang di sini, sangat memalukan kalau ada yang mendengarmu.”
Lina tersipu malu dan melihat sekeliling dengan gelisah, seolah dia sudah melakukan.
sesuatu yang memalukan.
Saking senangnya aku segera berkata, “Baiklah, aku nggak akan berkata apa–apa lagi. Kak Lina, apakah kamu membeli bahan makanan untuk memasak?”
“Hmm.”
“Kamu biasanya memasak dan makan sendirian?”
“Ya.”
“Itu terlalu sepi. Kenapa kamu nggak pergi ke rumah Kak Nia?”
“Kak Nia kamu setiap hari sibuk bermesraan dengan kakakmu, bagaimana aku bisa ke sana?
“Akan sangat memalukan kalau aku secara nggak sengaja melihat sesuatu yang nggak seharusnya kulihat.”
Benar juga.
Kak Nia sifatnya terbuka dan sering membicarakan hal–hal antara laki–laki dan perempuan.
Lina relatif pemalu dan tertutup.
Ketika seseorang menceritakan lelucon kotor di depannya, dia tersipu dan jantungnya berdebar kencang.
Kini setelah mengetahui Kak Wiki dan Kak Nia sibuk membuat bayi setiap hari, wajar saja kalau dia menolak pergi ke rumah Kak Nia untuk makan.
“Bagaimana kalau aku makan malam bersama Kak Lina mulai sekarang?” Aku memberanikan diri mengatakan ini, lalu jantungku berdegup kencang.
Aku sangat berani dan terus menggoda Lina. Bagaimana kalau aku membuatnya kesal?
Benar saja, aku melihat Lina menatapku, “Apakah kamu ingin makan malam denganku atau kamu ingin melakukan hal lain?”
Melihat Lina marah, aku segera menjelaskan, “Kak Lina, jangan salah sangka, aku memang hanya ingin makan malam bersamamu.”
2/3
Bab 11
+25 BONUS
Lina bahkan tidak mendengarkan penjelasanku dan berbalik lalu pergi.
Aku diam–diam mengutuk diriku karena begitu tidak sabar. Sekarang gawat, aku membuat kesalahan lagi.
Aku segera mengejarnya dan ingin menjelaskan.
Kalau tidak, aku khawatir harapan akan menjadi pupus.
“Kak Lina, aku nggak bermaksud yang lain. Sama seperti kamu, aku kesepian di kota ini.”
“Kakakku dan Kak Nia adalah suami istri. Aku merasa seperti orang luar.”
“Aku barusan mendengar kamu mengatakan itu, jadi tanpa sadar aku mengatakan itu.”
Lina tiba–tiba berhenti.
Aku tidak waspada dan langsung menabraknya.